Minggu, 15 Januari 2017

Inilah Makan Malam Terakhir Bersama Ibu, Sungguh Sangat Mengharukan...Ribuan Orang Menangis Membaca Kisah Ini.

Ada banyak catatan yang harus di perhatikan oleh seorang anak selepas menikah. Baik ia sebagai anak perempuan ataupun lelaki. Khusus untuk lelaki, ada penekanan dalam soal ini. Sebab, sampai kapan juga, surga untuk seorang anak letaknya ada pada kaki ibunda.

Diluar itu, selepas menikah, bakti seorang anak sama sekali tidak automatis terputus dengan alasan sudah mempunyai keluarga sendiri. Dalam soal ini, penting kiranya untuk ke-2 pasangan serta keluarga terdekat untuk saling mengingatkan.
 
Jangan sampai kisah ini terjadi pada diri serta ibu kita. Satu kisah haru nan memiluk4n ini, patut dijadikan cermin untuk kehidupan kita ; sebagai anak ataupun orang-tua.

Sebutlah namanya Fulan. Sudah 21 th. ia menikah dengan seorang wanita bernama Fulanah. Tepat di usia ke 21 pernikahannya, sang istri bertanya menawarkan, “Mas, tidak berkenankah kau makan malam bersama seorang wanita? ” Sang suami yang memanglah tidak mempunyai saudara serta anak wanita itu bertanya kebingungan, “Maksudmu? ”

Lalu dijelaskanlah oleh sang istri, “Esok, keluarlah untuk makan malam bersama ibu. ” Aduh4i, rupanya Fulan ini sangat sibuk mengurus keluarga, pekerjaan serta kehidupannya. Lanjut Fulanah, “Sudah 21 th. –sejak menikah denganku- kau tidak pernah makan malam bersama ibu, ” katanya menerangkan, “Teleponlah beliau, bawalah makan malam. Beliau tentu sangat mendamb4kan kebersamaan denganmu. ”

Segeralah Fulan menelepon sang ibu. Dalam perbincangan udara itu, disampaikanlah maksudnya. Sang ibu yang sudah lama menj4nda serta hidup bersama keluarga yang lain itu sangat sumringah mendengar ajakan itu. Walau, ada rasa tidak percaya akan ajakan mengagetkan dari anak yang sangat disayanginya. Pasalnya, masa 21 th. tidaklah bilangan saat yang sebentar.

Hari yang direncanakan juga menyapa. Fulan menuju rumah ibunya. Sesampainya di depan rumah sang ibu, sosok j4nda yang sudah lama mendambakan kebersamaan bersama anaknya itu tengah menunggu, tepat di rah4ng pintu. Tidak ingin di ketahui oleh saudaranya yang lain, sang ibu langsung menyambut, menghampiri serta bergegas masuk kedalam mobil.

Didalam mobil, terjadi pembicaraan kecil pada keduanya. Tentang rumah makan serta menu terbaik yang akan mereka menuju serta sant4p malam ini. Tidak lama, tibalah mereka ditempat makan terbaik di kota itu.

Lamat-lamat, sang anak memperhatikan baju yang dipakai oleh ibunya. Agak sempit. Rupanya, itu yaitu baju paling akhir yang didapatkan dari almarhum suaminya. Duhai, sang anak ini hingga lupa membelikan baju untuk ibunya.

Jadi datanglah pelayan pembawa menu. Disodorkanlah daftar makanan yang akan dipesan. Nyatanya, sang ibu sudah tidak kuasa membaca. Dengan senyum, Fulan menawarkan, “Aku bacakan menunya. Tunjuk saja menu apa yang Ibu kehendaki. ”

Lalu dipesanlah bermacam jenis makanan yang disajikan, tidak lama kemdian.
Bersebab bahagianya yang memunc4k karena di ajak makan malam oleh anak kesayangannya, selera makan sang ibu tenggelam seketika. Sama sekali tidak tertarik untuk mencicipi, terlebih melah4pnya. Sosok yang telah nyaris terbenam saat hidupnya itu cuma memerhaikan anaknya, dengan cinta serta rindu yang kian bertambah.

Di tengah menikmati menu makan malamnya, Fulan berkata, “Bu, ini yang pertama sejak 21 th. waktu lalu. Maafkan anakmu ini. Besok kita akan makan malam lagi untuk yang ke-2. ”

Mendengar kalimat itu, mata sang ibu berbinar sumringah. Binar bahagia itu makin bertambah sampai ke-2 insan itu pulang. Sang anak mengantarkan ibunya ke kediamannya, sementara ia kembali ke rumahnya.

Waktu-waktu selepas itu, yaitu saat menuggu nan membahagiakan untuk sang ibu. Ditungguilah ponselnya guna mengharapkan panggilan dari anaknya. Sementara itu, di belahan tempat lain, sang anak tetap repot dengan dunia, pekerjaan serta kehidupannya. Ia, benar-benar lupa dengan janji yang diungkapkannya sendiri.

Karena usia yang menua, sang ibu juga sakit. Makin hari, bertambah parah sakitnya. Alasan repot juga bikin Fulan tidak kunjung membesuk ibunya. Sampai akhirnya, wanita berhati lembut itu meninggal dunia sebelumnya sang anak sempat menjenguknya.
 
Sistem pemakaman juga berlangsung dengan lancar. Ada haru nan pilu yang menelis!k kedalam hati Fulan. Perasaan bersalah selalu datang belakangan. Andai perasaan itu bisa datang lebih dulu, mungkin saja ia akan dapat menebus dosanya.

Lepas pulang dari pemakaman, ponselnya bergetar. Diangkatklah oleh si Fulan. Tertera dalam layar, pemanggil yaitu ruma makan tempat ia serta ibunya makan malam tempo hari. “Halo, Pak Fulan, ” ucap suara dari seberang. Terlepas disahut, penelepon meneruskan, “Maaf, Pak. Dalam catatan kasir kami, ayah sudah pesan tempat makan malam untuk dua orang. Tagihannya suda dibayar oleh Ibu anda. ”

Entahlah apa yang di rasa olehnya. Tanpa penutup, dimatikanlah ponselnya sambil bergegas menuju rumah makan tersebut . Sesampainya disana, sang kasir menyerahkan satu pesan tertulis tangan. Dari sang ibu. Tertera di dalamnya, “Nak, saya tahu. Malam ini yaitu makan malam terakhir kita. Walau kau sampaikan akan ada yang ke-2, aku tidak terlalu yakin. Jadi, makanlah bersama istrimu. Aku sudah membayarnya untukmu dengan uang Ibu. ”

“Ibu, Ibu, Ibu, ” demkianlah pesan Rasulullah Saw. Sosok mulia itu harus didahulukan dari sosok bapak. Sosok ibu yaitu mutiara kebaikan nan tidak tergantikan. Selalu ada mutiara yang dapat digali darinya. Tentu ada hikmah dari wanita yang mungkin saja, sudah kita sia-siakan sejak lama.

Rabbi, ampuni dosa kami, dosa bapak serta ibu kami. Sayangilah keduanya, seperti mereka menyayangi kami di masa belia.

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com